Sudut Kota Johannesburg, Afrika Selatan bersolek menyambut pertemuan perdana Kelompok 20 (Group of 20/G20) dalam periode presidensinya. ANTARA/Xinhua/pri.
Afrika Selatan (Afsel) pada Senin (9/12) memulai pertemuan perdana Kelompok 20 (Group of 20/G20) dalam periode presidensinya, yang dimulai pada 1 Desember, dan menetapkan fokus selama periode kepemimpinannya.
Dalam pembukaan Pertemuan Sherpa G20 pertama di Johannesburg, Menteri Hubungan dan Kerja Sama Internasional Afsel Raymond Lamola menguraikan agenda negara itu untuk memajukan tujuan global bersama melalui prioritas-prioritas utama.
Dalam pidatonya, Lamola menyoroti tema presidensi Afsel, yakni “Solidaritas, Kesetaraan, dan Keberlanjutan” (Solidarity, Equality, and Sustainability), dan menekankan tujuan-tujuan utama seperti meningkatkan ketahanan bencana, mengatasi tantangan utang yang dihadapi oleh negara-negara berpendapatan rendah, serta memobilisasi sumber daya untuk transisi energi yang seimbang.
“Kita akan mengatasi tantangan-tantangan itu melalui hasil kerja dan prioritas tingkat tinggi, yang didasarkan pada inti dari mandat awal G20 untuk mendorong pertumbuhan yang kuat, berkelanjutan, seimbang, dan inklusif, serta membangun kemitraan di seluruh sektor masyarakat guna menemukan solusi kolektif,” ujarnya.
Lamola menyatakan peran penting Sherpa dalam mewujudkan komitmen para pemimpin G20 menjadi kerja sama yang dapat dilaksanakan. “Pertemuan Sherpa G20 pertama memang penting, karena pertemuan ini menetapkan landasan untuk periode presidensi yang akan berjalan dan pembicaraan krusial soal beberapa isu terpenting pada zaman kita,” tuturnya. “Dalam semangat Ubuntu, kemanusiaan kita bersama, kita akan mengatasi tantangan-tantangan tersebut melalui hasil kerja dan prioritas tingkat tinggi.”
Lamola menegaskan kembali perlunya presidensi Afsel untuk menjembatani jalur (track) Sherpa dan Keuangan, seraya mengumumkan pembentukan tiga gugus tugas sementara, sebuah inisiatif, dan sebuah komisi. Struktur tersebut akan berfokus pada prioritas-prioritas termasuk pertumbuhan ekonomi yang inklusif, industrialisasi, penciptaan lapangan kerja, pengurangan ketidaksetaraan, ketahanan pangan, kecerdasan buatan (artificial intelligence/AI), tata kelola data, serta inovasi untuk pembangunan berkelanjutan
Lebih lanjut, sang menteri menuturkan bahwa presidensi G20 Afsel akan “menekankan” pentingnya menganut nilai-nilai universal dan memperkuat institusi-institusi multilateral. “Saat ini, sangat penting bagi institusi-institusi multilateral untuk melakukan penguatan dan reformasi guna menghasilkan konsensus global yang luas dan berperan sebagai platform untuk menyelesaikan perselisihan,” katanya.
Menteri Afsel tersebut juga menyampaikan bahwa institusi-institusi multilateral yang berfokus pada mandat ekonomi dan pembangunan harus diberdayakan, mengingat kebutuhan akan intervensi mereka saat ini jauh lebih besar.
Dia menegaskan niat Afsel untuk menyelaraskan upaya G20 negara itu dengan Agenda Uni Afrika 2063, kerangka kerja strategis untuk transformasi sosial-ekonomi Afrika.
Mengakui adanya berbagai tantangan seperti geopolitik yang memecah belah, perubahan iklim, pertumbuhan ekonomi yang lambat, dan kemiskinan yang semakin parah, Lamola menyerukan agar G20 mengutamakan kolaborasi yang praktis dan saling menguntungkan. G20 harus mengambil langkah untuk menjalin kerja sama yang praktis dan saling menguntungkan serta mengedepankan tatanan internasional yang lebih adil, seimbang, inklusif, dan representatif, ujar Lamola.
Sherpa, yang merupakan perwakilan pribadi dari para pemimpin negara anggota G20, mengawasi negosiasi, menyusun agenda Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G20 pada 2025, dan mengoordinasikan pekerjaan persiapan. Pertemuan Sherpa, yang berlangsung hingga 10 Desember, disusul oleh Pertemuan Deputi Keuangan dan Bank Sentral pada 11-12 Desember.